aaa

WELCOME TO MY WEB

Rabu, 01 Juni 2016

BRONKOPNEUMONIA



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
 Pembangunan nasional Indonesia bertujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia dalam mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan meningkatkan kualitas hidup manusia dan derajat kesehatan masyarakat dalam aspek pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan penyakit.1
Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) meliputi beberapa kegiatan yang salah satunya adalah Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2 ISPA) yang ditujukan pada kelompok usia balita dalam bentuk upaya penanggulangan pneumonia. Pemilihan kelompok ini sebagai target populasi program didasarkan pada kenyataan bahwa angka morbiditas dan mortalitas ISPA pada kelompok ini masih tinggi di Indonesia. Di samping itu, keberhasilan upaya program P2 ISPA dapat mempunyai andil yang cukup besar dalam penurunan angka kematian balita Indonesia.2
ISPA merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia atau bronkopneumonia, terutama pada bayi dan balita.3
Pneumonia inflamasi pada radang parenkim paru-paru merupakan penyebab besar morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, menyaingi diare sebagai penyebab kematian di negara berkembang. Dengan 158 juta kasus per tahun yang mana 154 juta  kasus yang terjadi di negara berkembang, pneumonia penyebab kematian 3 juta kasus, atau sekitar 29 % dari seluruh kematian, diantara umur dibawah 5 tahun di seluruh dunia. Insidensi pneumonia lebih dari 10 kali lipat lebih tinggi pada negara berkembang dibandingkan di negara maju.4
Di Amerika Serikat pada tahun 1939-1996 angka kematian pneumonia pada anak-anak menurun sekitar 97 %. Hal ini disebabkan pengenalan antibiotik , vaksin , dan perluasan cakupan asuransi kesehatan untuk anak-anak. Haemophilus influenzae tipe b adalah penyebab penting pneumonia bakteri pada anak-anak muda, tetapi telah menjadi biasa dengan penggunaan rutin vaksin yang efektif. Pengenalan heptavalent vaksin konjugasi pneumokokus dan dampaknya terhadap penyakit penumococcal telah mengurangi kejadian keseluruhan pneumonia pada bayi dan anak-anak di Amerika Serikat. Di negara berkembang pengenalan vaksin campak telah sangat mengurangi angka kejadian campak terhadap kematian kasus pneumonia.4
Pneumonia adalah infeksi saluran akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomis pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia lobaris, pneumonia interstisialis, dan bronkopneumonia.5 Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini dikarenakan respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Tercatat bakteri sebagai penyebab tersering bronkopneumonia pada bayi dan anak adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae.6      






BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Saluran Pernafasan


Gambar. 1 Anatomi Saluran pernafasan

Fungsi pernafasan yang utama adalah untuk mengambil oksigen (O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Oleh karena itu, baik anatomi maupun fisiologi paru disesuaikan dengan fungsi ini. Secara anatomi, fungsi pernafasan ini dimulai dari hidung sampai ke parenkim paru.
Secara fungsional saluran pernafasan dibagi atas bagian yang berfungsi sebagai konduksi (penghantar gas) dan bagian yang berfungsi sebagai respirasi (pertukaran gas). Pada bagian konduksi, udara seakan-akan bolak-balik diantara atmosfir jalan nafas. Oleh karena itu, bagian ini seakan-akan tidak berfungsi, dan disebut dengan “dead space”. Akan tetapi, fungsi tambahan dari konduksi, seperti proteksi dan pengaturan kelembaban udara, justru dilaksanakan pada bagian ini. Adapun yang termasuk dalam konduksi ialah rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, sinus bronkus dan bronkiolus nonrespiratorius.
Pada bagian respirasi akan terjadi pertukaran udara (difusi) yang sering disebut dengan unit paru (lung unit), yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, atrium dan sokus alveolaris. Bila ditinjau dari traktus respiratorius, maka yang berfungsi sebagai konduksi adalah trakea, bronkus utama, bronkus lobaris, bronkus segmental, bronkus subsegmental, bronkus terminalis, bronkiolus, dan bronkiolus nonrespiratorius. Organ yang bertindak sebagai respirasi adalah bronkiolus respiratorius, bronkiolus terminalis, duktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveoli.
Percabangan trakea sampai kepada sakus alveolaris dapat diklasifikasikan sebagai berikut : bronkus utama sebagai percabangan utama, bronkus lobaris sebagai percabangan kedua, bronkus segmental sebagai percabangan ketiga, bronkus subsegmental sebagai percabangan keempat, hingga sampai bagian yang keenam belas sebagai bagian yang berperan sebagai konduksi, sedangkan bagian percabangan yang ketujuh belas sampai ke sembilan belas yang merupakan percabangan bronkiolus respiratorius dan percabangan yang kedua puluh sampai kedua puluh dua yang merupakan percabangan duktus alveolaris dan sakus alveolaris adalah percabangan terakhir yang seluruhnya merupakan bagian respirasi.7

2.2 Definisi Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses peradangannya ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal.8

2.3 Etiologi
       Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis dan strategi pengobatan. Spektrum mikroorganisme penyebab pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus grup B dan bakteri Gram negatif seperti E.colli, Pseudomonas sp, atau klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh infeksi streptococcus pneumoniae, Haemophillus Influenzae tipe B, dan Staphylococcus aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja selain bakteri tersebut sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae.9
Tabel.1 Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara maju
Usia
Etiologi yang sering
Etiologi yang jarang
Lahir - 20 hari

Bakteri
Bakteri
E.colli
Bakteri anaerob
Streptococcus grup B
Streptococcus grup D
Listeria monocytogenes
Haemophillus influenza

Streptococcus pneumonie

Virus

CMV

HMV
3 miggu – 3 bulan
Bakteri
Bakteri
Clamydia trachomatis
Bordetella pertusis
Streptococcus pneumonia
Haemophillus influenza tipe B
Virus
Moraxella catharalis
Adenovirus
Staphylococcus aureus
Influenza
Virus
Parainfluenza 1,2,3
CMV


4 bulan – 5 tahun
Bakteri
Bakteri
Clamydia pneumoniae
Haemophillus influenza tipe B
Mycoplasma pneumonia
Moraxella catharalis
Streptococcus pneumonia
Staphylococcus aureus
Virus
Neisseria meningitides
Adenovirus
Virus
Rinovirus
Varisela Zoster
Influenza

Parainfluenza

5 tahun – remaja
Bakteri
Bakteri
Clamydia pneumoniae
Haemophillus influenza
Mycoplasma pneumonia
Legionella sp
Streptococcus pneumonia
Staphylococcus aureus

Virus

Adenovirus

Epstein-Barr

Rinovirus

Varisela zoster

Influenza

Parainfluenza

(Sumber :Opstachuk M, Roberts DM, Haddy R, Community-aquired pneumonia in infants and chidren. Am Fam Physician2004;70:899-908)

2.4 Patogenesis
            Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap paru kebagian perifer melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenarasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang terkena akan tetap normal.9
 





Gambar.2 Gambar Alveoli pada Pneumonia



2.4 Gejala dan Tanda
      Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:
a.       Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu makan, keluhan gastrointerstinal, seperti mual muntah atau diare. kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmonal.
b.      Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipneu, napas cuping hidung, merintih, dan sianosis.9

2.5 Diagnosis
 a. Anamnesis
      Pasien biasanya mengalami demam tinggi, batuk, gelisah, rewel dan sesak nafas. Pada bayi, gejalanya tidak khas, sering kali tanpa demam dan batuk. Anak besar kadang mengeluh nyeri kepala, nyeri abdomen disertai muntah.
     b. Pemeriksaan Fisik
     Manifestasi klninis yang terjadi akan berbeda-beda berdasarkan kelompok umur tertentu. Pada neonatus sering dijumpai takipneu, retraksi dada, sianosis. Pada bayi yang lebih tua terlihat adalah takipneu, retraksi, sianosis, batuk, panas. Pada anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk, takipneu, dan dispneu yang ditandai dengan retraksi dinding dada. Pada kelompok anak sekolah dan remaja, dapat dijumpai panas, batuk, nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi dan letargi. Pada auskultasi dapat terdengar suara pernafasan menurun. Fine crackles (ronki basah halus) yang khas pada anak besar, bisa tidak ditemukan pada bayi. Gejala lain pada anak besar adalah dull (redup) pada perkusi, vokal fremitus menurun, suara nafas menurun,dan terdengar fine  crakles (ronki basah halus) didaerah  yang terkena. Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada, bila berat gerakan dada menurun waktu inspirasi, anak berbaring ke arah yang sakit dengan kaki fleksi. Rasa nyeri dapat menjalar ke leher, bahu dan perut.
c. Pemeriksaan penunjang
            Foto rontgen toraks proyeksi posterior-anterior merupakan dasar diagnosis utama pneumonia. Foto lateral dibuat bila diperlukan informasi tambahan, misalnya efusi pleura. Pada bayi dan anak keil gambaran radiologi seringkali tidak sesuai dengan gambaran klinis. Tidak jarang secara klinis tidak ditemukan apa-apa tetapi gambaran foto toraks menunjukan pneumonia berat. Foto toraks tidak dapat membedakan antara pneumonia bakteri dan penumonia virus.
Gambaran radiologis yang klasik dapat dibedakan menjadi tiga macam:
a.       Konsolidasi lobar atau segmental disertai adanya air bronchogram, biasanya disebabkan infeksi akibat pneumococcus atau bakteri lain.
b.      Pneumonia interstisial, biasanya karena virus atau mycoplasma, gambaran berupa corakan bronkovaskular bertambah, peribronchial cuffing dan overaeriation. Bila berat terjadi pachy consolidation karena atelektasis.
c.       Gambaran pneumonia karena S. aureus dan bakteri lain biasanya menunjukan gambaran bilateral yang difus, corakan peribronchial yang bertambah, dan tampak infiltrat halus sampaike perifer.
Hasil pemeriksaan leukosit >15.000/μl dengan dominasi neutrofil sering didapatkan pada pneumonia bakteri, dapat pula karena penyebabnon bakteri. Laju endap darah (LED) dan C reaktif protein juga tidak menunjukan gambaran khas. Trombositopenia bisa didapatkan pada 90% penderita pneumonia dengan empiema.
Pemeriksaan sputum kurang berguna. Biakan darah jarang positif, hanya pada 3-11 % saja, tetapi untuk pneumokokus dan H.Influenzae kemungkinan positif adalah 25-95%. Rapid test untuk deteksi antigen bakteri mempunyai spesifitas dan sensifitas rendah. Pemeriksaan serologis juga kurang bermanfaat.10

2.6       Penatalaksanaan
Pemberian Antibiotik
            Pemberian antibiotik sesuai dengan kelompok umur
1.      Untuk bayi dibawah 3 bulan diberikan golongan penisilin dan aminoglikosida.
Ampisilin 10-25mg/kgBB/x beri dan Gentamisin 5 mg/kgBB/hari.
2.       Untuk usia lebih dari 3 bulan, ampisilin dipadu dengan kloramfenikol merupakan obat pilihan pertama.
Ampisilin 10-25 mg/kgBB/x dan Kloramfenikol 50-100 mg/kgBB/Hari.
3.      Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema, antibiotik pilihan adalah golongan sefalosporin.
Ceftriaxon 20-50mg/kgBB/hari.
Bedah
Pada umumnya tidak ada tindakan bedah kecuali bila terjadi komplikasi pneumotoraks.
Suportif
Pemberian oksigen sesuai derajat sesaknya. Nutrisi parenteral diberikan selama pasien masih sesak.
Monitoring
Bila dalam 48-72 jam tidak ada respon klinis (sesak dan demam tidak membaik),lakukan penggantian antibiotik dengan golongan sefalosporin.10


2.7 Komplikasi
a. Efusi pleura 
b.    Abses Paru
c.     Pneumotoraks
d.   Gagal napas

2.8 Prognosa
Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1 %. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat menunjukan mortalitas yang lebih tinggi.11




BAB III
KESIMPULAN

Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses peradangannya ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal.8 Patogen penyebab pneumonia pada anak bervariasi tergantung pada usia (menentukan jenis bakteri dan virus), status imunologis, status lingkungan, kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi udara), status imunisasi, faktor pejamu (penyakit penyerta, malnutrisi). 9
                Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringannya infeksi, Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu makan, keluhan gastrointerstinal, seperti mual muntah atau diare. kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmonal. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipneu, napas cuping hidung, merintih, dan sianosis.10
Penatalaksanaan pneumonia yaitu dengan pemberian antibiotik, penatalaksanaan suportif dan penatalaksanaan bedah. Pada umumnya tidak ada tindakan bedah kecuali bila terjadi komplikasi pneumotoraks.10





DAFTAR PUSTAKA

1.      Depkes R.I.,1999, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta.
2.      Depkes R.I.,2002, Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulanan Pneumonia Pada Balita Dalam Pelita VI, Dirjen PPM & PLP
3.      Heriyana, .dkk, 2005, Analisis Faktor Risiko Kejadian Pneumonia Pada Anak Umur Kurang 1 Tahun di RSUD Labuang Baji Kota Makassar, Jurnal Medika Nusantara.
4.      Behrman,Kliegman,arvin. Nelson’s Textbook of Pediatrics.19th Ed international edition.United States of America.
5.       Mansjoer,Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakarta: 2000. Hal;465.
6.      Soeparman, Waspadji S. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 1999. Hal; 695-705.
7.      Sloane, Ethel, 2004, Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC, Jakarta.
8.      Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6, Penerbit EGC, Jakarta: 2005. Hal; 804.
9.      Nastiti N. Rahajoe. Respirologi Anak. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia 2010.hal;350-354.
10.  AntoniusH.Pudjiadi. Standar Pelayanan Kesehatan Ikatan Dokter Anak Indonesia.2009. hal;351-354.
11.  Behrman RE, Vaughan VC. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Bagian II. Edisi 15. EGC, Jakarta: 2000. Hal; 883-889.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar