BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Otitis eksterna disebut juga swimmer’s ear atau
singapore’s ear. Otitis eksterna merupakan penyakit sederhana yaitu suatu infeksi kulit pada saluran telinga bagian
luar, tapi penyakit ini bisa menjadi masalah serius. Angka kejadian di Amerika
Serikat adalah 4 dari 1000 orang penduduk setiap tahunnya.1,2
Liang telinga luar secara anatomis
berfungsi sebagai pelindung benda asing dan infeksi. Liang telinga dari lateral
ke medial, penyempitan isthmus,
rambut-rambut pada sepertiga lateral liang telinga, kelenjar sebaseum dan
kelenjar apokrin yang mengosongkan diri sampai ke folikel rambut dan
menghasilkan serum.3
Otitis eksterna terjadi jika adanya
gangguan fungsi proteksi dari serumen liang telinga, misalnya pengikisan oleh
air (aktivitas di air, berkeringat, dan kelembaban yang tinggi) atau
membersihkan liang telinga dengan cotton bud, pengorek besi, kuku jari, ujung
pen atau pensil, dapat menyebabkan abrasi dari epitel dan memudahkan organisme
masuk ke jaringan.1
Organisme penyebab otitis eksterna
90% adalah bakteri dan 10% adalah jamur. Bakteri yang dominan adalah Pseudomonas Aeruginosa, diikuti oleh Staphilokokus Aureus, Staphilokokus
Epidermis. Sedangkan jamur yang dominan adalah Aspergilus dan Candida.1
Rasa penuh dan gatal pada
telinga menimbulkan rasa ingin mengorak-ngorek menjadi kebiasaan gatal korek
yang disebut juga itch scratch cycle. Rasa nyeri dapat timbul karena lapisan
epitel kulit liang telinga terkikis dan tampak eritema. Rasa nyeri kemudian
menyebar saat mengunyah, menekan tragus atau menggerakan daun telinga.
Inflamasi menyebabkan edema sehingga menimbulkan rasa penuh pada telinga dan
gangguan pendengaran. Adanya sekret di liang telinga bisa jernih atau bahkan
keruh dan tidak berbau sampai dapat berupa purulen jika keadaan bertambah
berat.4,5
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Anatomi
Secara anatomi,
telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke
struktur-struktur telinga tengah.
Gambar
2.1 Anatomi saluran telinga.7
2.1.1. Telinga luar
Terdiri dari
daun telinga (auricula) dan liang telinga (meatus acusticus externus).
Auricula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi
mengumpulkan getaran udara. Auricula terdiri atas lempeng tulang rawan elastic
tipis yang ditutupi kulit. Auricula mempunyai otot intrinsik dan ekstrinsik, keduanya
disarafi oleh N. facialis.1 Perdarahan daun telinga bagian posterior
berasal dari cabang posterior a.karotis eksterna yang mendarahi juga sebagian
kecil permukaan depan daun telinga. Sebagian permukaan belakang daun telinga
terutama diperdarahi oleh a.oksipitalis. permukaan depan daun telinga terutama
diperdarahi oleh cabang anterior a.temporalis superficial anterior. Persarafan
daun telinga disuplai oleh cabang-cabang aurikularis magnus dan oksipitalis
minor dari pleksus servikalis, juga dari cabang aurikulotemporal saraf
trigeminal serta cabang auricular n.vagus.
Auricula
merupakan struktur tulang rawan yang berlekuk-lekuk dan dibungkus oleh
kulit tipis. Lekukan-lekukan ini dibentuk oleh heliks, antiheliks, tragus,
antitragus, fossa skafoidea, fossa triangularis, konkha dan lobulus. Permukaan
lateral daun telinga mempunyai tonjolan dan daerah yang datar. Tapi daun
telinga yang melengkung disebut tuberkulum telinga (darwn tubercle). Pada
bagian anterior heliks terdapat lengkungan yang disebut antiheliks. Bagian
superior antiheliks membentuk dua buah krura antiheliks dan bagian dikedua
krura ini disebut fosa triangulari. Di atas kedua krura ini terdapat fosa
skafa. Di depan antiheliks terdapat konka, yang terdiri atas dua bagian yaitu
samba konka, yang merupakan bagian anterior superior konka yang ditutupi oleh
krus heliks dan kavum konka yang terletak dibawahnya bersebrangan dengan konka,
yang merupakan bagian antero superior konka yang ditutupi oleh krus heliks dan
kavum konka yang terletak dibawahnya berseberangan dengan konka dan terletak di
bawah krus heliks terdapat tonjolan kecil yang berbentuk segitiga kecil yang
disebut tragus dan terletak pada batas bawah anteheliks disebut antitragus.4,5
Gambar 2.1 Anatomi daun telinga
(aurikula).6
Meatus acusticus externus adalah tabung berkelok
yang menghubungkan auricula dengan membrane tympani. Tabung ini berfungsi
menghantarkan gelombang suara dari auricular ke membrana tympani. Pada orang
dewasa panjangnya ± 2,5cm. Rangka 1/3 bagian luar meatus adalah cartilago
elastis, dan 2/3 bagian dalam adalah tulang yang dibentuk oleh lempeng tympani.
Meatus dilapisi oleh kulit dan 1/3 bagian luarnya mempunyai rambut, kelenjar
sebacea, dan glandula ceruminosa. Glandula ini adalah modifikasi kelenjar
keringat yang menghasilkan secret lilin berwarna coklat kekuningan. Rambut dan
lilin ini merupakan barier yang lengket, untuk mencegah masuknya benda asing.1 Saluran limfatik merupakan bagian yang
penting dalam penyebaran infeksi. Bagian anterior dan superior dari meatus
akustikus eksternus, disalurkan ke pembuluh limfe preaurikular di kelenjar
limfe servikal bagian superior.
Bagain inferior, disalurkan ke infra
aurikuler dekat angulus mandibula. Bagian posterior disalurkan ke kelenjar
limfe postaurikuler dan kelenjar limfe servikal bagian superior. Rangsangan
pada aurikuler dan meatus akustikus eksternus berasal dari saraf perifer dan
cranial, yaiu dari saraf trigeminus (V), fasil (VII), glosopharingeal (IX), dan
vagus (X).4,5
Gambar
2.1 Anatomi telinga.6
2.1.2. Telinga Tengah
Telinga
tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporalis yang
dilapisi oleh membrane mucosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang
berfungsi meneruskan geratan membrane tympani ke perilympha telinga dalam.1
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
-batas luar : membrana
tympani
-batas dalam :
berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis
fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window),
promontorium.
-batas depan : tuba
eustachius
-batas belakang : aditus
at antrum, kanalis fasialis pars ventrikalis.
-batas atas : tegmen
tympani ( lempeng ini memisahkan cavum tympani dari meningen dan lobus
temporalis otak di dalam fossa crania media)
-batas bawah : vena
jugularis (bulbus jugularis) 2
Membran tympani adalah membrana fibrosa tipis yang
berwarna kelabu mutiara. Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah,
depan, lateral. Permukaannya konkaf ke lateral. Pada dasarnya cekungannya
terdapat lekukan kecil yaitu umbo, yang terbentuk oleh ujung manubrium mallei.
Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kearah bawah yaitu pada
pukul 7 untuk membrana timpani kiri dam pukul 5 untuk membrane timpani kanan.
Membrana tympani bagian atas disebut pars flaksida, sedangkan bagian bawah pars
tensa. Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan
epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi sel kubus bersilia, seperti
epitel mukosa sauran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu
lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan
secara radier di bagian luar dan sirkular pada bagian dalam.2
Gambar
2.3 Membran timpani yang normal.6
Di dalam telinga tengah terdapat juga tulang-tulang
pendengaran yang tersusun dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes.
Maleus adalah tulang pendengaran terbesar, dan terdiri atas caput, collum,
processus longum atau manubrium, sebuah processus anterior dan processus
lateralis. Inkus mempunyai korpus yang besar dan dua crus yaitu crus longum dan
crus breve. Crus longum berjalan ke bawah di belakang dan sejajar dengan
manubrium mallei. Ujung bawahnya melengkung ke medial dan bersendi dengan caput
stapedis. Crus breve menonjol ke belakang dan dilekatkan pada dinding posterior
cavum tympani oleh sebuah ligamen. Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan,
dan sebuah basis. Collum berukuran sempit dan merupakan tempat insersio
m.stapedius. kedua lengan berjalan divergen dari collum dan melekat pada basis
yang lonjong. Pinggir basis dilekatkan pada pinggir fenestra vestibule oleh
sebuah cincin fibrosa yang disebut ligamentum annulare. 1
2.1.3. Telinga Dalam
Telinga dalam (Labyrinthus) terletak di dalam pars petrosa
ossis temporalis, medial terhadap telinga tengah, dan terdiri atas labyrinthus
osseus dan labyrinthus membranaceus.
1.
Labyrinthus
osseus
Labyrinthus osseus terdiri
atas tiga bagian : vestibulum, canalis semicircularis, dan cochlea. Ketiganya
merupakan rongga-rongga yang terletak di dalam substantia compacta tulang.
Vestibulum merupakan
bagian tengah labyrinthus osseus, terletak posterior terhadap cochlea dan
anterior terhadap canalis semicircularis. Pada dinding lateralnya terdapat
fenestra vestibuli yang ditutupi oleh basis stapedis dan ligamentum annulare.
Di dalam vestibulum terdapa sacculus dan utriculus labyrinthus membranaceus.
Canalis semicircularis,
yaitu canalis semicircularis superior, posterior, dan lateral bermuara ke
bagian posterior vestibulum. Setiap canalis mempunyai sebuah pelebaran di
ujungnya disebut ampulla. Canalis bermuara ke dalam vestibulum melalui lima
lubang, salah satunya dipergunakan bersama oleh dua canalis. Di dalam canalis
terdapat ductus semicircularis. Canalis semicircularis superior terletak
vertika dan tegak lurus terhadap sumbu panjang os petrosa. Canalis
semicircularis posterior juga vertikal, tetapi terletak sejajar dengan sumbu
panjang os petrosa. Canalis semicircularis lateralis terletak horizontal pada
dinding medial aditus ad antrum, di atas canalis nervi facialis.1
Cochlea berbentuk
seperti rumah siput dan bermuara ke dalam bagian anterior vestibulum. Umumnya
terdiri atas satu pilar sentral, modiolus cochlea, dan modiolus ini dikelilingi
tabung tulang yang sempit sebanyak dua setengah putaran. Ujung atau puncak
cochlea disebut helicotrema, menghubungkan perilimfa skala tympani dengan skala
vestibuli.2
2.
Labyrinthus
membranaceus
Labyrinthus membranaceus terletak di dalam labyrinthus
osseus, dan berisi endolympha dan dikelilingi perilympha. Labyrinthus
membranaceus terdiri atas utriculus dan sacculus, yang terdapat di dalam
vestibulum osseus. Utriculus adalah yang terbesar dari dua buah saccus
vestibuli yang ada, dan dihubungkan tidak langsung dengan sacculus dan ductus
endolymphaticus oleh ductus utriculosaccularis.
Sacculus
berbentuk bulat dan berhubungan dengan utriculus. Ductus endolymphaticus, setelah
bergabung dengan ductus utriculosaccularis akan berakhir di dalam kantung buntu
kecil, yaitu saccus endolyphaticus. Saccus ini terletak ini di bawah duramater
pada permukaan posterior pars petrosa ossis temporalis. Pada dinding utriculus
dan sacculus terdapat reseptor sensorik khusus yang peka terhadap orientasi
kepala akibat gaya berat atau tenaga percepatan lain.1
2.2. Fisiologi Mendengar
Skema
proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh telinga luar,
lalu menggetarkan membran timpani dan diteruskan ketelinga tengah melalui
rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran tersebut melalui
daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani
dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasikan akan diteruskan
ke telinga dalam dan di proyeksikan pada membran basilaris, sehingga akan
menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses
ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter
ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius,
lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran.
2.2
Definisi
Otitis Eksterna
Dalam upaya
menanggulangi Otitis eksterna, sejak dahulu telah dipergunakan larutan Burrowi.
Yang di kemukakan petama kali oleh dr. Karl August Von Burrow (1809-1874) seorang bedah
Jerman dari Koningsburg. Dia menggunakan larutan Burrowi sebagai obat
untuk telinga sejak lahir akhir abad ke-19 Larutan Burrowi (Burrow’s
Solution), berisi larutan sulfat dan digunakan secara luas sebagai obat kompres
yang sekaligus bekerja sebagai anti septik dan adstrigensia dan mempunyai
pH 3,2.8
Yang dimaksud dengan otitis eksterna ialah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Istilah otitis eksterna telah lama dipakai untuk
menjelaskan sejumlah kondisi. Spektrum infeksi dan radang mencakup
bentuk-bentuk akut atau kronis. Dalam hal infeksi perlu dipertimbangkan agen
bakteri, jamur dan virus. Radang non-infeksi termasuk pula dermatosis, beberapa
diantaranya merupakan kondisi primer yang langsung menyerang liang telinga.
Shapiro telah menegaskan bahwa perbedaan anatar otitis eksterna yang berasal
dari dermatosis dengan otitis eksterna akibat infeksi tidak selalu jelas. Suatu
dermatosis dapat menjadi terinfeksi setelah beberapa waktu, sementara pada
infeksi kulit dapat terjadi reaksi ekzematosa terhadap mekanisme penyebab. Sekali
lagi, anamnesis dan pemeriksaan yang cermat seringkali akan memberi petunjuk ke
arah kondisi primernya.2
2.3
Epidemiologi
Pada
studi yang dilakukan di seluruh wilayah Amerika Serikat, Otitis Eksterna
terjadi pada 4 dari setiap 1000 orang setiap tahunnya. Infeksi ini diyakini
lebih umum dalam kondisi panas dan lembab seperti berlaku selama bulan-bulan
musim panas, mungkin karena partisipasi dalam kegiatan air yang lebih tinggi.
Meskipun
infeksi dapat mempengaruhi semua kelompok usia, OE tampaknya paling umum
terjadi pada populasi orang dewasa yang lebih tua dan anak-anak, dengan puncak
insidensi pada anak usia 7-12 tahun. Sebuah studi epidemiologi tunggal dari
Inggris dengan prevalensi untuk individu berusia 5-64 tahun selama 12 bulan
mendapatkan hasil bahwa terdapat sedikit peningkatan prevalensi bagi mereka
yang lebih tua dari 65 tahun terhadap angka kejadian OE. OE mempengaruhi kedua
jenis kelamin sama. Tidak ada predileksi ras telah ditemukan.2
2.4
Klasifikasi
Terdapat 2
kemungkinan yaitu otitis eksterna akut terdiri dari otitis eksterna
sirkumskripta dan otitis eksterna difus, dan otitis eksterna kronik.
2.4.1
Otitis
Eksterna Sirkumskripta
Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula
dari folikel rambut di liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus
dan menimbulkan furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada
seseorang yang menderita diabetes.
Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa
rasa sakit (biasanya dari ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa
nyeri makin hebat bila mengunyah makanan). Keluhan kurang pendengaran, bila
furunkel menutup liang telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau
ditekan. Terdapat tanda infiltrat atau abses pada 1/3 luar liang telinga.
2.4.2.
Otitis
Eksterna Difus
Otitis eksterna difus adalah
infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi bakteri. Umumnya bakteri
penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri penyebab lainnya yaitu Staphylococcus
albus, Escheria coli, dan sebagainya. Kulit liang telinga terlihat hiperemis
dan udem yang batasnya tidak jelas. Tidak terdapat furunkel (bisul). Gejalanya
sama dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta (furunkel = bisul).
Kandang-kadang kita temukan sekret yang berbau namun tidak bercampur lendir
(musin). Lendir (musin) merupakan sekret yang berasal dari kavum timpani dan
kita temukan pada kasus otitis media.
Gambar 2. Otitis eksterna akut
2.4.3. Otitis
Eksterna Kronik
Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang
berlangsung lama dan ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks).
Adanya sikatriks menyebabkan liang telinga menyempit.
Gambar 3.
Otitis eksterna kronik
2.5
Etiologi
2.5.1
Otitis
Eksterna Sirkumskripta
Bakteri
patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %), strepokokus (22%),
stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%).
Penyebab otitis eksterna sirkumskripta yang tersering adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus.
Faktor lainnya adalah maserasi kulit liang telinga akibat sering berenang
atau mandi dengan shower, trauma, reaksi terhadap benda asing, dan akumulasi
serumen. Sering terjadi superinfeksi oleh bakteri piogenik (terutama Pseudomonas atau staohylococcus) dan jamur.
2.5.2 Otitis Eksterna Difus
Umumnya bakteri
penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri penyebab lainnya yaitu Staphylococcus
albus, Escheria coli, dan sebagainya. Otitis media difus juga sering
terjadi sekunder dari OMSK atau OMA.
Otitis eksterna rekuren biasanya disebabkan oleh
pemakaian aplikator berujung kapas yang sering atau sering berenang dalam kolam
yang berklorinasi (atau keduanya).1,2
Gambar
2.5 Salah satu penyebab otitis eksterna.9
2.6
Faktor
Predisposisi
Infeksi dapat terjadi sebagai akibat faktor-faktor
predisposisi tertentu sebagai berikut:
1. Perubahan
pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa
2. Perubahan
lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu dan kelembaban
3. Suatu
trauma ringan contohnya membersihkan telinga secara berlebihan.10
Gambar. telinga
yang mengalami trauma
2.7
Patofisiologi
Secara alami,
sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan dikeluarkan
dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih kapas
telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit
mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga
diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga.
Keadaan diatas
dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi
atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga
merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.3
Adanya faktor
predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya lapisan protektif
yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal
yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan
eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi
pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Proses infeksi
menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa nyaman dalam
telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan / nanah yang bisa
menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran
suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran.3
Bakteri patogen
yang sering menyebabkan otitis eksterna yaitu pseudomonas (41%), streptokokus
(22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). Infeksi pada liang
telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.
Otalgia pada
otitis eksterna disebabkan :
- Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
- Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.
2.8
Gejala
dan Tanda
Pasien
dengan otitis eksterna (OE) mungkin mengeluhkan hal berikut:
·
Otalgia, mulai dari
yang ringan sampai yang berat, biasanya berkembang selama 1-2 hari
·
Gangguan pendengaran
bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.
·
Telinga terasa penuh
atau seakan ada tekanan.
·
Berdengung (tinnitus).
·
Demam (kadang-kadang).
·
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan
pendahulu rasa sakit.
·
Riwayat sering terpapar
atau kegiatan dalam air (misalnya,
berenang, berselancar).
·
Biasanya, sebelumnya terdapat
riwayat trauma pada telinga (misalnya, membersihkan telinga terlalu kuat
pembersihan, atau ada air di saluran telinga).
·
Nyeri tekan pada tragus
dan pada tarikan daun telinga.
2.9
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
-
Gejala awal
dapat berupa gatal
-
Didapatkan
riwayat faktor predisposisi
-
Rasa gatal
berlanjut menjadi nyeri yang sangat dan terkadang tidak sesuai dengan kondisi
penyakitnya (misalnya pada folikulitis atau otitis eksterna sirkumskripta).
Nyeri terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan tragus, dan ketika
mengunyah makanan.
-
Rasa gatal
dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai kental purulen
tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur biasanya akan
bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau.
-
Pendengaran
normal atau sedikit berkurang.
2. Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
liang telinga, pada inspeksi tampak liang telinga kemerahan, edema. Rasa nyeri
juga dijumpai terutama saat menggerakkan rahang (mengunyah), menekan tragus dan
menggerakkan daun telinga.
·
Adanya inflamasi,
hiperemis, edema yang terlihat pada linag telinga luar dan jaringan lunak
periaurikuler.
·
Nyeri yang hebat, yang
ditandai adanya kekakuan pada jaringan lunak pada ramus mandibula dan mastoid.
·
Membrana tympani
biasanya intak.
·
Demam tidak umum
terjadi.
3. Pemeriksaan
penunjang
Kultur
bakteri dan tes sensitivitas dari sekret.12,13
2.10
Diagnosis
Banding
·
Trauma saluran telinga
·
Karsinoma saluran
telinga
·
Otitis Media akut
·
Otitis eksterna bullosa
·
Perikondritis yang berulang
·
chondritis
·
Benda asing.14
2.11
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
berdasarkan klasifikasi OE:
a. OE
sirkumkripta
1. Tergantung
keadaan furunkel, bila sudah menjadi abses diaspirasi secara steril untuk
mengeluarkan nanahnya. Local diberikan antibiotik dalam bentuk salep, seperti
polymixsin B atau bacitracin atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol).
2. Jika
dinding furunkel tebal dilakukan insisi kemudian dipasang drain untuk
mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan antibiotik sistemik hanya
diberikan obat symptomatik seperti analgetik.
b. OE
Difusa
Otitis eksterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat
menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Dengan demikian, biasanya perlu disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang
telinga mengandung obat agar mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat,
tampon kasa disisipkan perlahan-lahan dengan menggunakan forsep aligator. Penderita harus meneteskan obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga dua kali sehari.
Dalam 48 jam tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen
sudah bertambah besar. Polimiksin B dan colistemethate merupakan
antibiotik yang paling efektif terhadap Pseudomonas dan harus menggunakan
vehiculum hidroskopik seperti glikol propilen yang telah diasamkan bahan kimia lain,
seperti gentian violet 2% dan perak nitrat 5% bersifat bakterisid
dan bisa diberikan langsung ke kulit liang telinga. Setelah reaksi
peradangan berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70% untuk membuat
liang telinga bersih dan kering. Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus berat; dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik sistemik khususnya
diperlukan jika dicurigai danya perikondritis atau kondritis pada tulang rawan
telinga. 1,2,8
Tabel
2.1 Obat-obatan.2
NAMA
OBAT
|
SPEKTRUM
ORGANISME
|
Kolistin
|
Pseudomonas aeruginosa
Golongan Klebsiella-Enterobacter
Escherichia coli
|
Polimiksin B
|
Pseudomonas aeruginosa
Golongan
Klebsiella-Enterobacter
Escherichia coli
|
Neomisin
|
Staphylococcus aureus dan
S.albus
Escherichia coli
Golonganproteus
|
Kloramfenikol
|
Staphylococcus aureus dan
S.albus
Golongan
Klebsiella-Enterobacter
Escherichia coli
|
Nistatin
Klotrimazol
Mikonazol
Tolnafat
Karbol-fuhsin
|
Organisme jamur
|
Timol/alcohol
Asamsalisilat/alcohol
Asamborat/alcohol
Asamasetat/alcohol
|
Terutama
organisme jamur namun dapat pula efektif pada infeksi
bakteri dengan
cara
merendahkan pH kulit liang telinga
|
M-kresilasetat
Mertiolatakueus
|
Umumya antiseptic
|
2.12
Komplikasi
Komplikasi OE
yang langka dan mungkin termasuk yang berikut :
·
Necrotizing OE
(komplikasi yang paling signifikan)
·
Mastoiditis
·
Chondritis dari daun
telinga (dari penyebaran OE akut ke pinna, terutama pada pasien dengan telinga
yang baru ditindik)
·
Erosi tulang dasar
tengkorak (osteomielitis dasar tengkorak)
·
Infeksi sistem saraf
pusat (SSP) Selulitis atau limfadenitis
2.13
Prognosis
·
Kebanyakan insiden OE pada
sebagian besar pasien membaik dalam 48-72 jam pemberian antibiotik. OE biasanya
sembuh sepenuhnya dalam 7-10 hari.
·
Pada beberapa pasien
dengan OE, telinga harus di debridement untuk resolusi penuh. Insisi bedah dan
drainase kadang-kadang diperlukan.
·
Pada beberapa pasien,
OE dapat menyebabkan otalgia yang parah dan dibutuhkan obat golongan narkotika
untuk menghilangkan keluhan. Nyeri biasanya membaik 2-5 hari setelah memulai
terapi. Kehilangan pendengaran sementara umum terjadi jika terdapat oklusi
kanal. Infeksi berat dapat menyebabkan limfadenitis atau selulitis wajah atau
leher.
·
Jika tidak diobati,
infeksi dapat menyerang struktur dan akan mengarah kepada necrotizing
(malignansi) OE, suatu kondisi serius yang memerlukan pengobatan jangka panjang
dan sering mengakibatkan morbiditas atau mortalitas berat. Komplikasi ini
hampir secara eksklusif terlihat pada pasien immunocompromised, seperti penderita
diabetes, pasien AIDS, mereka yang menjalani kemoterapi, dan pasien yang
memakai obat imunosupresan (misalnya, glukokortikoid). Pseudomonas adalah
organisme menghasut dalam sebagian besar kasus. Ketika necrotizing OE
berkembang, angka kematian dapat berkisar 20% di antara orang dewasa, karena
kebanyakan dari kasus akan mengakibatkan sepsis atau ekstensi intrakranial.
Jika tidak diobati, necrotizing OE memiliki angka kematian mendekati 50%.
Komplikasi ini harus dicurigai jika proporsi penampilan klinis semakin parah
atau jika jaringan granulasi terlihat dalam saluran telinga.17
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Otitis eksterna
ialah radang liang telinga akut maupun
kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Terdapat 2
kemungkinan otitis eksterna akut yaitu otitis eksterna sirkumskripta dan otitis
eksterna difus. Organisme penyebab otitis eksterna 90% adalah bakteri dan 10%
adalah jamur. Bakteri yang dominan adalah Pseudomonas
Aeruginosa, diikuti oleh Staphilokokus
Aureus, Staphilokokus Epidermis. Sedangkan jamur yang dominan adalah Aspergilus dan Candida.
Infeksi dapat terjadi sebagai akibat faktor-faktor
predisposisi tertentu yaitu akibat perubahan pH kulit kanalis yang biasanya
asam menjadi basa, perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu dan
kelembaban, dan suatu trauma ringan seringkali karena benang atau membersihkan
telinga secara berlebihan.
Diagnosa dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang mengarah kepada Otitis
Ekterna dengan cermat,teliti, dan cepat untuk menghindari komplikasi yang tidak
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anatomi
klinik
2. Tht
fkui
3. Waitzman
A. Ariel. 2014. Otitis Externa. Wayne
State University School of Medicine. J.
Journal of Medicine. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/994550-overview#showall.
5. Helmi,
Djaafar ZA, Restuti RD. Kelainan Telinga Luar. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,
Bashirudin J, restuti RD, edisi: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2010.
Hal 58-61.
6. Colman
Bernat. Disease of the Nose, Throat and era, and Head and Neck A Handbook far
student and practitioners. Fourteenth Edition. ELBS. Edinburgh. 1992. Hal
209-216.
7. Probst
R, Grevers G,Iro H. Basic Othorhinolaryngology. Thieme. Germany. 2006. Hal :
207 – 209. 218 – 219.
8. Dhirngra
PC. Diseases Of Ear, Nose and Throat. Elsevier. 2001. Hal 50-55.
9. Mansjoer
Arif, TriyantiKuspuji, SavitriRakhmi, et all. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi
Ketiga Jilid Pertama. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2001. Hal 83-84
10. Ballenger,
JJ. 2012. Otitis Eksterna Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Jilid 2. Edisi
16. Bina Rupa Aksara. Jakarta. Hal 236-238.
11. Roland,
N.J. Key Topics in Otolaryngology. Second Edition. Mc Combe
12. McKeason.
Otitis Eksterna. 2004. Clinical reference system.
13. Eaton
DA. Complication of Otitis Media. 2011. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/860323-overviem#showall.
14. Kim D, Bhimani M. 2008. Ramsay Hunt syndrome
presenting as simple otitis externa. CJEM
;10(3):247-50. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/994550-clinical#showall.
15. Ludman,
Harold. 2011. Pain in the ear on theABC of ENT. Fifth Edition. Blacwel
publishing. Page : 1-5.
16. Zhang T, Dai C, Wang Z. 2012. The misdiagnosis of
external auditory canal carcinoma. Eur
Arch Otorhinolaryngol. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/994550-differential.
17. Rosenfeld RM, Singer M, Wasserman JM, Stinnett
SS. 2006. Systematic review of topical antimicrobial therapy for acute otitis externa. Otolaryngol Head Neck Surg
;134(4 Suppl):S24-48. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/994550-treatment#showall.
18.
Alva B, Prasad KC, Prasad SC, Pallavi S. 2009. Temporal bone
osteomyelitis and temporoparietal abscess secondary to malignant otitis
externa. J Laryngol Otol;123(11):1288-91.
19. Rosenfeld RM, Schwartz SR, Cannon CR, Roland PS,
Simon GR, Kumar KA, et al. 2014. Clinical practice guideline: acute otitis
externa executive summary. Otolaryngol
Head Neck Surg;150(2):161-8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar